
Nia Aladin dan Joregatesu
MPTV Indonesia – Di era musik digital yang didominasi oleh elektronik dan pop, Nia Aladin dan Joregatesu justru menghadirkan sesuatu yang berbeda dengan mini album mereka, FLOW. Dirilis tepat di Hari Valentine 2025, album ini membawa pendengar ke dalam nuansa klasik dengan dominasi harpa dan viola, dua instrumen yang jarang digunakan sebagai pasangan utama dalam industri musik modern.
Dengan semakin langkanya musik instrumental di tengah arus industri yang serba instan, duo ini berani mengambil langkah besar dengan kembali ke akar musikalitas yang mengutamakan melodi dan harmoni alami. FLOW menggambarkan perjalanan emosional manusia dengan menghadirkan komposisi yang penuh perasaan, bebas dari lirik, dan membiarkan instrumen berbicara sendiri.
Eksplorasi Harmoni dalam FLOW
Menurut Nia Aladin, FLOW adalah bentuk eksplorasi dari kecintaan mereka terhadap musik instrumental. “Kami ingin membuktikan bahwa musik tanpa kata-kata pun bisa berbicara banyak. Dengan hanya mendengar, pendengar bisa merasakan makna dari setiap nada,” ungkapnya.
Empat lagu yang termasuk dalam mini album ini – Remedy, Chemistry, Reminder, dan Reality – masing-masing menyampaikan nuansa yang berbeda, mulai dari ketenangan hingga ketegangan, dari kebahagiaan hingga refleksi diri.
Produksi dengan Sentuhan Personal
Berbeda dari kebanyakan musisi yang bekerja dalam satu studio secara langsung, FLOW diproduksi dalam tiga kota berbeda. Harpa direkam di Jakarta bersama Minimize Records, viola direkam di Jogjakarta di Al Studio, dan proses mixing-mastering dilakukan di Bandung oleh Audioland Records.
Setiap kota memberikan nuansa yang berbeda dalam produksi ini, menjadikan FLOW sebuah karya yang kaya akan warna. “Kami ingin setiap elemen musiknya terasa personal dan memiliki kedalaman emosional yang autentik,” ujar Joregatesu.
Membawa Pendengar ke Dunia Meditatif
Lebih dari sekadar hiburan, FLOW diharapkan bisa menjadi medium refleksi bagi pendengar. Musiknya yang mengalir tanpa batas dapat menjadi latar belakang bagi momen-momen meditasi, kerja, atau sekadar menikmati waktu tenang.
“Kami ingin pendengar merasa damai, menemukan ketenangan dalam harmoni yang kami ciptakan. Musik instrumental sering kali dianggap sebagai sesuatu yang sekadar pengiring, tapi kami ingin mengubah itu. Kami ingin FLOW menjadi pengalaman yang mendalam,” tutup Nia.
Sebagai proyek yang menghadirkan kembali esensi musik instrumental, FLOW menjadi bukti bahwa di tengah gemuruh tren musik modern, melodi klasik tetap memiliki tempat yang istimewa bagi mereka yang ingin mendengar lebih dari sekadar suara.***